KRITIK SASTRA OBJEKTIF DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
Kritik sastra objektif adalah pendekatan yang memandang atau memfokuskan perhatian pada karya itu
sendiri. Karya sastra dianggap sebagai struktur yang otonom dan bebas dari hubungan
dengan realitas, pengarang, dan pembaca,hanya mencangkup unsur intrinsik tanpa ada pembahasan tentang unsur
ekstrinsik.
Nama Zahrana
mendunia karena karya tulisnya dimuat di jurnal ilmiah RMIT Melbourne.
Dari karya tulis itu, Zahrana meraih penghargaan dari Thinghua University,
sebuah universitas ternama di China. Ia pun terbang ke negeri Tirai Bambu untuk
menyampaikan orasi ilmiah. Di hadapan puluhan profesor arsitek kelas dunia, ia
memaparkan arsitektur bertema budaya. Yang ia tawarkan arsitektur model
kerajaan Jawa-Islam dahulu kala. Dari Thinghua University, Zahrana mendapat
tawaran beasiswa untuk studi S3 di samping mendapat tawaran pengerjaan sebuah
proyek besar.
Rana:” nggak ganggu kan lin?”
Lina:”o tidak. Dimana kamu rana?
Jadi berangkat ke china?”
Rana:” jadilah, ini aku di bandara
solo. Sudah siap berangkat. Aku transit di Singapura dulu.”
Lina:” jangan lupa oleh-olehnya ya?
Bawain batunya tembok raksasa ya? Hehe...”
(bab 1, hal:20)
Namun
Zahrana tidak hidup sendiri. Di tengah kesuksesan prestasi akademiknya, ia
malah menjadi bahan kecemasan kedua orang tuanya. Kecemasan itu lantaran
Zahrana belum juga menikah di usianya yang memasuki kepala tiga. Sudah banyak
laki-laki yang meminangnya, namun Zahrana menolaknya dengan halus.
Pak munajat: “gara-gara kamu masuk
tv kemarin, banyak orang yang tanya, selaamat ya pak anaknya dapat penghargaan,
tapi kapan pak munajat punya mantu? Atau kenapa zahrana belum juga nikah?
Hati-hati nanti jadi perawan tua lho pak. Terus bapak sampai mushalla, orang
pada nanya itu juga diantaranya. Di pasar ketemu kenalan itu juga ditanyanya.
Bapak musti jawab apa?
Bu, tanya anakmu ini, sampai kapan
dia mau senang-senang cari gelar, cari penghargaan, di puji-puji kepintarannya.
Sampai lupa umur dan jadi perawan tua. Sampai kapan begini terus?”
(bab 8, hal:115)
Di sinilah
konflik batin Zahrana mulai timbul, antara menuruti keinginan orang tua atau
mengejar cita-cita. Sebenarnya Zahrana sudah mengalah. Ia tak menerima tawaran
jadi dosen di UGM. Alasannya karena orang tuanya yang tinggal di Semarang tidak
mau jauh. Zahranapun memilih mengajar di sebuah universitas di Semarang. Ia
tetap bisa tinggal bersama orang tuanya. Zahrana juga mengalah pada orang
tuanya hingga ia tidak mengambil tawaran beasiswa S3 di negeri China.
Zahrana mencoba sholat istikharah.
Lina yang dulu mengajarinya sholat istikharah. Setelah shalat ia berharap bisa
tidur nyenyak. Kenyataannya ia tetap tidak bisa tidur sampai azan subuh
berkumandang. Ia berdoa agar Allah membukakan baginya jalan keluar yang terang.
(bab 9, hal:142)
Meski tak
otoriter, kedua orang tua Zahrana berharap anak satu-satunya itu segera menikah
dan memiliki keturunan. Sebagai orang tua yang sudah renta, khawatir semasa
hidupnya tidak sempat menyaksikan Zahrana bersuami dan menimbang cucu. Apalagi
bila melihat anak-anak tetangga seusia Zahrana, mereka sudah memiliki anak dua
bahkan tiga.
Salah satu bekal yang mereka
inginkan untuk menghadapi kematian adalah doa anak yang shaleh. Mereka tahu zahrana
pasti mendoakan mereka. Zahrana anak yang baik meskipun sejak kecil tidak
pernah menghirup pesantren, meski pengetahuannya tentang agama ya pas-pasan.
Karen aitu mereka berharap pada anak-anaknya zahrana, cucu-cucu mereka. Jika
zahrana punya anak ia akan minta pada zahrana agar ada diantara anak mereka
yang masuk pesantren agar matang ilmu agamanya dan bisa mendoakan kedua
orangtua juga kakek dan neneknya. Tetapi sayangnya zahrana tidka juga segera
menikah.
(bab 10, hal:146)
Sebenarnya
dalam jiwa perempuan Zahrana, bukan tidak menghiraukan keinginan berumah
tangga. Tetapi logika analitisnya selalu berargumen, menikah hanya
menunda-nunda sukses bahkan bisa menghalanginya.
Rana: “saya ingin fokus menuntut
ilmu dulu lin.”
Lina: “saya tahu bahwa bagimu prestasi akademik
adalah segalanya. Tidak salah perempuan seperti kita meraih pendidikan
setinggi-tingginya. Tetapi kamu tidak boleh lupa prestasi lain yang sangat
penting rana.”
(bab 2, hal:25)
Puncak
konflik batin Zahrana ketika dilamar oleh seorang duda yang notabene atasannya
sendiri. Ia dilamar dekannya, begitu kembali dari Thinghua University sehabis
menerima penghargaan. Dengan tegas, Zahrana tidak menerima lamaran atasannya
itu meski orang tuanya kecewa. Alasan Zahrana semata-mata persoalan moral
atasannya yang terkenal suka meminta setoran kepada mahasiswa bila ingin nilai
bagus bahkan suka bermain cinta dengan mahasiswanya sendiri. Di samping alasan
moral, Zahrana tak mungkin menerima lamaran atasanya yang berusia kepala lima.
Lina: “Terserah kamu. Menurutku
seandainya saat ini kau telpon bu merlin menyampaikan penolakkan pun sah-sah
saja. Kalau menurutmu baiknya menyampaikan nanti dengan langsung ketemu ya
tidak apa-apa, yang penting kau tolak dan kau segera cari calon suami yang
pas.”
Rana: “tolong bantu aku ya lin.”
(bab 11, hal: 156)
Akibat
menolak lamaran itu, Zahrana akan dipecat secara tidak hormat. Tetapi Zahrana
mendahuli mengajukan pengunduran diri. Ia benar-benar hengkang dari kampus itu
dan memilih mengajar di sebuah sekolah kejuruan teknik.
“Tolong sampaikan maaf saya kepada
seluruh mahasiswa jika saya pada mereka. Kau boleh tulis kaliamat ini di koran
kampus.”
(bab 13, hal:211)
Pasca
lamaran, Zahrana sadar, ia harus cepat-cepat bersuami. Hati Zahrana berargumen
lain, bisa saja dirinya melanjutkan cita-cita di dunia kademik meski sudah
bersuami. Ia pun minta saran kepada pimpinan pondok pesantren yang masih
saudara jauh teman akrabnya. Oleh pimpinan pondok pesantren Zahrana
dipertemukan seorang pemuda yang dari sisi pekerjaan kurang prestisius. Pemuda
itu pedagang kerupuk keliling dan Zahrana merasa cocok. Ia bertekad mengabdikan
hidupnya kepada Allah melalui ibadah dalam rumah tangga.
“Tapi meskipun penjual kerupuk
keliling, ia adalah orang yang baik akhlak dan ibadahnya. Tanggung jawabnya
bisa diandalkan. Toh aku sudah bilang pada bu nyai bahwa status,
strata,kedudukan sosial, pendidikan dan lain sebagainya tidka jadi pertimbangan
lagi. Yang aku inginkan adalah suami yang baik agamanya. Baik imannya dan bisa
jadi teldan untuk anak-anak kelak. Apakah aku harus mempersoalkan pekrjaanya
yang Cuma penjual kerupuk keliling?”
(bab 15, hal:232)
Kedua belah
kelurga menyiapkan pesta pernikahan sederhana. Zahrana menyiapkan gaun
pengantin. Bahagia sekali hati Zahrana. Ia meyakinkan diri tak lama lagi akan
bersuami yang salih. Ia membayangkan esok hari, kisah penantian ini akan
segera berganti. Namun bayangan itu sirna seketika saat menerima kabar calon
suaminya meninggal, tertabrak Kereta Api yang tak jauh dari perkampungan. Saat
itu pula Zahrana merasa sudah mati. Bayangan indah kini berganti dengan kabut
tebal yang dipenuhi hantu kematian yang siap mencabik-cabik dirinya.
Bunga-bunga cinta di hatinya, kini berganti dengan bunga kematian. Langitpun
runtuh dan serasa menindihnya. Zahrana pingsan beberap kali hingga dilarikan ke
rumah sakit. Beruntung Zahrana masih kuat melanjutkan hidup.
Beberapa
hari pascatragedi, ia hanya di rumah sambil menekuri diri. Sahabat-sahabat dan
kerabatnya banyak yang berdatangan untuk sekedar mengucapkan duka cita termasuk
teman-teman dan atasanya di kampus dulu mengajar.
“Oh tidak! Tidak! Tidak!” Zahrana
menjerit histeris. Jeritannya menyayat hati siapa saja yang mendengarkannya.
Setelah itu ia pingsan seketika. Semua yang ada di rumah gerpukul. Para tetangg
azahrana yang mnegtahui apa yang sesungguhnya terjadi ikut sedih dan mnesteskan
air mata.
(bab 16, hal:249)
Salah
seorang penjenguk, dokter perempuan yang sempat mengobatinya di rumah sakit.
Perempuan itu ternyata ibunya mahasiswa bernama Hasan yang sekripsinya sempat
dia bimbiang. Rupanya kedatangan ibu dokter ini sekaligus mengobati luka cinta
Zahrana.
Bu dokter: “Anton chekov pernah
menulis, ‘suatu saat kamu perlu untuk tidak memikirkan kesuksesan dan
kegagalan. Jangan biarkan hal itu mengganggu dirimu!.’”
Rana: “nasihat yang baik sekali bu.”
(bab 16, hal:253)
Ibu dokter
ternyata mengabarkan, anaknya, Hasan, berniat menikahinya. Betapa kaget dan
bahagianya Zahrana. Seolah tak peracaya dengan nasibnya yang begitu
bergelombang. Meski ragu menerima lamaran itu, Zahrana menyampaikan satu
syarat.Bila anak ibu dokter benar meminangnya, ia minta agar pernikahannya
nanti malam setelah shalat tarawih. Ia sangat trauma dengan tragedi yang
menimpa satu malam menjelang pernikahannya dulu. Setelah dialog cukup panjang,
tawaran itu diterima ibu dokter. Tepat jam tujuh malam, mereka melangsungkan
pernikahan suci di masjid yang disaksikan para jamaah shalat tarawih.
Malam pertama bulan Ramadhan yang indah menandakan berakhirnya penderitaan
Zahrana. Ia menyempurnakan hidupnya dengan mencurahkan cinta sucinya.
Zahrana menggenggam erat tangan
suaminya. Kini, cinta suci itu benar-benar ia rasakan. Hatinga tiada
hentimemuji keagungan Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
(bab
18, hal:276)
Unsur
Intrinsik :
Tema
Dalam novel
ini, kang abik menganggat tema tentang cinta.
Penokohan
- Dewi Zahrana
Zahrana
adalah tokoh utama dalam cerita ini, dia seorang wanita yang cantik, pintar,
baik, dan taat beragama. Dia selalu mendapatkan penghargaan atas prestasi yang
diraihnya, tipe wanita yang mementingkan pendidikan. Sampai-sampai dia
menunda-nunda untuk menikah di usiannya yang sudah kepala tiga, terkadang dia egois dan tidak
memikirkan kebahagiaan orang tuanya. Ia memilih untuk tidak menikah dulu karena
dia berfikir kalau menikah dulu konsentrasinnya akan terganggu.
- Pak Karman
Dia adalah
sosok yang antagonis, tidak bermoral dan licik. Suka bermain wanita, pendendam
dan sadis. Dia memanfaatkan kedudukannya sebagai rektor untuk melamar Zahrana
dan mengancamnya.
- Pak Munajat
Beliau
adalah ayah Zahrana, seorang bapak yang baik hati, taat beragama, wataknya agak
keras dan tegas namun baik hati. Sayang pada Zahrana dan beliau mengingingkan
Zahrana menikah sebelum beliau meninggal.
- Bu Nuriyah
Beliau
adalah ibu Zahrana, begitu sayang pada Zahrana. Apapun dilakukan demi
kebahagiaan anaknya, seorang wanita yang patuh pada perintah suami, begitu
lemah lembut dan tidak tegaan.
- Lina
Adalah
sahabat baik Zahrana sejak SMA, sahabat yang baik pada Zahrana. Selalu ada
disaat Zahrana sedih atau senang. Tempat berbagi yang bisa memberikan solusi
yang dewasa untuk Zahrana, dan seorang wanita yang begitu agamis. Taat beragama
dan selalu bisa lebih dewasa dari Zahrana.
- Nina
Adalah
mahasiswa yang cantik dan pintar, sangat aktif dan lincah. Dia adalah
saudaranya Hasan, dia juga yang mengenalkan Hasan kepada Zahrana untuk menjadi
pemimbing skripsi Hasan.
- Hasan
Adalah
seorang pria yang tampan, pintar dan baik, dia adalah mahasiswa yang dibimbing
skripsinya oleh Zahrana. Namun akhirnya dia tertarik pada Zahrana dan menikahi
Zahrana.
- Bu Merlin
Adalah salah
satu orang yang dihormati Zahrana, dia adalah asisiten Pak Karman. Dan Bu
Merlin adalah orang yang bijaksana dan bertanggung jawab.
Alur
Alur pada
novel ini adalah maju mundur. Pada bagian pertam menceritakan tentang
penghargaan yang akan diraih Zahrana, lalu selanjutnya menceritakan tentang
prestasi-prestasi Zahrana dimasa lalu. Dan menceritakan tentang
perjodohan-perjodohan yang dilakukan orang tua Zahrana dan Lina. Lalu selanjutnya
bercerita tentang perjalannan hidup Zahrana dalam menemukan Jodohnya.
Latar / setting
Tempat :
- Kampus
- Rumah
- Tsinghua University
- Daerah sekitar Solo
- Rumah Sakit
- Cina
Waktu : a-kata yang begitu indah dan
menyentuh hati. Kang abik mampu menghipnotis pembaca dengan ikut merasakan
kejadian di novel tersebut, mampu menginspirasi pembaca dengan cerita novel
tersebut. Kadang ada kalimat yang menggunakan majas hiperbola dan tetap
berlandasan pada ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama.
Amanat
Amanat yang
disampaikan dalam novel ini agar kita tidak terlalu mengejar kebahagiaan dunia,
hanya memikirkan gelar, popularitas dan harta. Karna sesungguhnya hal tersebut
tidak penting dimata Tuhan. Kita tidak boleh menunda-nunda pernikahan, karena
pernikahan adalah suatu ibadah, dan harus mencari seorang pendamping yang bukan
hanya kaya saja yang diutamakan, tetapi harus baik agamanya, akhlaknya, dan
moralnya. Mengajari kita sebagai pembaca untuk tidak egois dan mementingkan diri
sendiri, mau memahami keinginan orang tua tanpa menyakiti mereka. Mengajari
untuk bersabar dan tetap berikhtiyar dijalan Allah.
![]() | |||||||||
| Novel Cinta Suci Zahrana |
#UAS



Komentar
Posting Komentar